Akhirnya, Lee Gak pun sukses mendarat di kandang ayam salah satu warga dinasti Joseon (ga elit banget pilihan tempatnya, wkwk).
Ia membuka mata dan terkejut melihat sekeliling, begitu juga dengan orang-orang di sekitarnya, mereka heran kenapa ada manusia berpakaian beda sendiri (tepatnya klimis), karena keheranannya itulah mereka melapor pada pengawal yang berpratoli mengejar Chi San.
Alhasil Lee Gak menjadi kejaran pengawal. Ia pun berlari bersama Chi San, dan kalian tahu siapa kepala pengawal itu? Dia adalah pemeran Taek Soo.
Lee Gak bersembunyi di balik rumah warga sehingga pengawal melewatinya, sementara Chi San pura2 mati dengan mengoleskan saos di mulutnya. Lee Gak ketakutan bukan main melihat Chi San yang dikiranya mati, namun setelah di rasa aman, Chi San menjilat kecap di mulutnya. Lee Gak merasa lega Chi San tidak apa2, ia segera melanjutkan jalannya bersama Chi San, dari kejauhan Lee Gak melihat Man Bo dan Yong Sul yang sedang duduk santai sambil makan.
Lee Gak dan Chi San pun segera mendekati Yong Sul dan Man Bo segera memeluk Lee Gak dengan hangat, Chi San segera menghambur ke arah makanan. Chi San penasaran kenapa Yong Sul bisa dapat makanan, ternyata mereka barter makanan dengan permen karet. Lee Gak segera melihat seorang pelayan wanita yang sedang main permen karet, ia tertawa. Karena kehausan, Lee Gak segera menyambar kaleng minuman di dekatnya, namun sayang kaleng tersebut kosong. Yong Sul sangat menyayangkan karena mereka tidak punya lagi minuman itu. Lee Gak hanya bisa menelan kekecewaan. Man Bo segera menyerahkan pakaian kebesaran Yang Mulia.
Di kediaman keluarga Hong, Ayah Bu Yong/Pejabat Hong sangat marah begitu mendengar laporan dari kakak Bu Yong bahwa Pangeran masih hidup. Pejabat Hong pun segera meminta pendapat orang di sebelahnya, yang tak lain adalah pangeran Mu Chang/pemeran Tae Mo. Pangeran Mu Chang terkejut, ia segera mengambil pedangnya dan membunuh anak buahnya yang malam itu gagal membunuh Lee Gak dkk.
Lee Gak dkk kembali ke istana, mereka pun saling curhat perihal pertemuan mereka dengan keluarga masing2. Mereka merasa telah pergi dalam waktu yang lama dari Joseon, namun ternyata menurut perhitungan orang Joseon, mereka hanya menghilang beberapa hari. Lee Gak merasa semuanya seperti mimpi, namun Man Bo tak terima, ia merasa kenangannya bersama rumah atap dan Park Ha begitu nyata, Chi San dan Yong Sul membenarkan.
Hal itu membuat Lee Gak terhenyak, ia pun meminta 3 pengawal bersikap layaknya di Joseon (penuh penghormatan). Trio pengawal pun segera berlutut memohon maaf, Lee Gak tersenyum melihat ulah ke-3 pengawalnya. Lee Gak segera menurunkan titah penyelidikan terhadap kematian Putri Mahkota. Diawali dengan pemanggilan seluruh keluarga Hong.
Nyonya Hong/ibu Bu Yong terkejut, ia segera mendatangi pejabat Hong untuk menanyakan kejadiaan sebenarnya. Pejabat Hong pun berjanji akan mengakhiri semua ini, pilihannya dia atau Lee Gak yang akan mati. Sesaat kemudian, para pengawal mendobrak masuk dan menangkap seluruh keluarga Hong.
Di pengadilan, Lee Gak memandangi satu persatu keluarga Hong yang sudah babak belur.
“Tuan Hong Man Pil, Kau adalah orang paling berkuasa di negara kita dan ayah Putri Mahkota. Kau dan keluargamu, karena pembunuhan Putri Mahkota. Kau tahu kenapa?”
“Yang Mulia. Pelayanmu tidak mengerti alasan dibalik tindakanmu. Seluruh keluargaku, karena kematian Putri Mahkota, telah berduka”.
Lee gak tersenyum sinis mendengar penuturan pejabat Hong, ia pun ganti bertanya pada Ny Hong.
“Nyonya Chan Guon. Di mana Bu Yong sekarang?”
“Yang Mulia! Putriku, Bu Yong, sedang sangat sakit. Dia tidak bisa keluar kamar dan harus banyak istirahat. Saya meminta maaf pada Yang Mulia.”
“Kalau begitu... Jika dia sakit, aku tidak bisa bertanya padanya. Lalu mulai sekarang, aku akan mengungkapkan kebenaran tentang kematian Putri Mahkota.”
Sontak saja seluruh keluarga Hong terkejut begitu juga pangeran Mu Chang.
Falshback-
Seminggu sebelumnya, adalah hari di mana Putri Mahkota meninggal. Pagi harinya Lee Gak berjalan-jalan ditemani kasim dan dayang istana. Dari balik bangunan, Bu Yong mengamatinya. Setelah puas mengamati yang mulia, Bu Yong meneruskan langkahnya, sayang ia tersandung sehingga mengaduh kesakitan. Bedak yang dipegangnya nya pun tumpah. Bu Yong berusaha bangkit, namun ternyata Lee Gak yang tiba-tiba ada dibelakang, melarangnya. Bu Yong mengikuti titah Yang Mulia.
Lee Gak tersenyum dan mengulurkan tangan membantu Bu Yong. Perlahan ia meraih uluran tangan Lee Gak setelah mengambil kotak bedaknya. Lee Gak penasaran dengan kotak yang di pegang Bu Yong, sehingga Bu Yong menjelaskan kalau itu adalah bedak kririman kakak laki-lakinya untuk Putri Mahkota. Lee Gak memuji rasa pengertian kakak Bu Yong, ia juga tak lupa menagih jawaban teka tekinya, namun Bu Yong mengatakan ia belum mampu menjawabnya, Lee Gak pun tertawa terbahak-bahak (keganjilan scene ini adalah, kenapa rambut Lee Gak pendek? Kan ini jaman sebelum dia ke abad 21, harusnya Lee Gak masih gondrong, ketara banget nih syuting baru, dan dipaksakan. haha bagian tata hias melupakan ini, sepele sih, tapi jadi ngebuat mata ga nyaman melihatnya).
Bu Yong menemui Putri Mahkota dan menyerahkan bedak beserta surat titipan ayahnya. Hwa Young kaget begitu selesai membaca surat itu. Bu Yong penasaran, namun Hwa Young melarang Bu Yong memegang bedak tersebut. Alih-alih, Bu Yong malah memberikan sapu tangan buatannya untuk Yang Mulia. Hwa Young yang masih shock, ia memarahi Bu Yong dan memintanya kembali ke kamar. Bu Yong mengingatkan kalau dirinya harus menyerahkan kembali surat tadi ke ayah mereka, setelah surat itu selesai dibaca. Hwa Young pun segera menyegel surat dan menyerahkan kembali pada Bu Yong.
Bu Yong mengunjungi ayahnya, yang kebetulan sedang berbincang dengan pangeran Mu Chang. Setelah menyapa ayahnya, Bu Yong meninggalkan ruangan, namun sesaat ia berpandangan dengan Mu Chang. Karena penasaran, Bu Yong pun bertanya pada sang ibu.
“Dia Pangeran Mu Chang. Dia saudara tiri Putra Mahkota. Ketika Pangeran Mu Chang berusia 3 tahun, ibunya turun tahta. Dengan semua keluarganya, mereka dipaksa meninggalkan istana.” jelas si ibu.
“Tapi kenapa dia tinggal di rumah kita?”
“Ini urusan ayahmu. Kau tidak perlu tau. Cepat istirahatlah”
Bu Yong menuruti perintah ibunya, walaupun ia masih penasaran. Ia menyulam di kamarnya sambil mengingat semua kejadian hari ini, perihal wangi bedak yang berbeda, amarah Putri Mahkota ketika Bu Yong ingin menyentuh bedak itu, serta kehadiran saudara tiri yang mulia di rumahnya. Akhirnya, Bu Yong memutuskan membaca surat kiriman ayahnya tadi. Isi surat itu adalah:
‘Yang Mulia, hari ini adalah waktunya. Mulai sekarang, dengarkan baik-baik kata-kata Ayah. Kau tidak boleh membuat kesalahan.....’
Pejabat Hong tersadar, kalau dirinya belum menerima surat dari Bu Yong, ia pun meminta putranya untuk menemui Bu Yong.
Bu Yong segera kembali ke istana, si kakak terkejut melihat surat itu sudah terbuka di kamar Bu Yong. Pangeran Mu Chang segera meminta anak buahnya menangkap Bu Yong, ia tak segan menyuruh anak buahnya membunuh Bu Yong. Mendegar hal itu, si kakak hanya bisa terkejut ketakutan.
Bu Yong berlari menuju istana, sambil mengingat kembali isi surat ayah.
‘...Yang Mulia. Ketika pelayan membawa kesemek kering kau harus menerimanya. Ketika pelayan itu meninggalkan ruangan, alihkan perhatian Putra Mahkota. Setelah itu, taburkan arsenik dari kotak bedak ke kesemek keringnya.’
Tepat saat itu di kediaman Putri Mahkota, Lee Gak bertandang, pelayan membawakan hidangan makanan salah satunya kesemek kering. Hwa Young segera menayakan keamanan makanan pada pelayan. Setelah memastikan makanan aman, Lee Gak meminta pelayan beristirahat. Sedangkan Hwa Young tampak memandangi buah kesemek dengan cemas. Setelah pelayan pergi, Hwa Young menunjukkan sapu tangan buatan Bu Yong,
“Yang Mulia. Aku telah menyulam sapu tangan untukmu.”
Lee Gak segera meraih sapu tangan itu dan memuji keahliah Putri Mahkota. Saat Lee Gak sibuk memperhatikan sulaman, Hwa Young menaburi bubuk sianida ke atas kesemek dengan gemetaran. Setelah itu ia menawari minuman pada Lee Gak. Yang mulia menanyakan Bu Yong, hal ini membuat Hwa Young terkejut,
“Aku bertemu dengan Bu Yong ketika aku berjalan di dekat kolam teratai. Dia terjatuh dan menumpahkan bubuk bedak yang dibawakannya untukmu. Aah, Kesemek kering ini sangat putih, terlihat sangat menggiurkan. Aku akan mencoba satu.”
Lee Gak mulai meraih kesemek kering. Namun kedatangan Bu Yong mengurungkan niatnya. Hwa Young dan Lee Gak heran, kenapa Bu Yong berkunjung malam-malam. Lee Gak mempersilahkan Bu Yong masuk dan menanyakan maksud kedatangannya.
“Baiklah, Bu Yong, apa yang membawamu selarut ini?”
“Yang Mulia. Aku terlalu berani. Tapi aku datang selarut ini karena ada hal penting yang harus kukatakan.”
“Bu Yong. Kurasa kau tahu peraturannya. Datanglah saat pagi hari. Cepat kembalilah. Pergi! Cepat!” ucap Hwa Young marah.
“Meskipun Putri Mahkota benar bahwa ini melanggar peraturan, aku akan melakukan
pengecualian malam ini. Katakan padaku. Apa yang ingin kau katakan?” bela Lee Gak.
“Aku sudah menyelesaikan teka tekinya. Apa yang mati tapi hidup dan hidup tapi mati? Jawabannya...adalah Bu Yong.”
“Bu Yong? Bagaimana jawabannya adalah namamu sendiri? Jangan bermain-main. Pulanglah.” sergah Hwa Young.
“Putri Mahkota, dengarkan dulu alasannya. Kenapa jawabannya Bu Yong?” bela Lee Gak.
“Bu Yong adalah nama lain untuk teratai, bunga yang mekar di kolam, kan? Setiap hal yang hidup dikubur di tanah ketika mati. Teratai harus mati dan dikubur di lumpur, sebelum bisa berubah menjadi bunga. Jadi dia mati tapi hidup, itulah yang diajarkan. Agar bisa hidup, bunganya harus mati dan menjatuhkan bijinya ke tanah. Hidup tapi mati. Itulah yang diajarkan. Jadi apa yang mati tapi hidup dan hidup tapi mati adalah Bu Yong (teratai).”
“Begitu saja?”
“Dan lagi, simbol Budha untuk hal hidup yang mati dan bereinkarnasi juga teratai.”
“Jawabanmu benar. Aku kalah. Aku kalah lagi.”
“Bu Yong, jika kau sudah selesai, pulanglah sekarang.” pinta Hwa Young yang sudah mulai habis kesabaran.
“Karena aku akhirnya berhasil menjawab teka tekimu, aku harus meminta hadiah seperti yang kau janjikan. Sebagai hadiahku...tolong ijinkan aku meminta kesemek kering ini.”
“Aku menjanjikanmu hadiah yang besar, jadi apakah kesemek kering saja cukup?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Untukku, lebih dari apapun di dunia, aku membutuhkannya dan menghargainya. Aku memohon padamu untuk memberikannya padaku.”
“Baiklah. Karena kau bisa menyelesaikan teka tekinya, kau boleh memakan kesemek kering ini sebanyak yang kau mau.”
“Terimakasih atas hadiahmu, Yang Mulia.”
Bu Yong pun mulai memakan satu persatu buah kesemek sampai habis, Hwa Young memandanginya tak percaya. Setelah menghabiskan kesemek, Bu Yong pamit, sebelumnya, ia meminta Yang mulia berhati-hati. Bu Yong meninggalkan kamar Putri Mahkota dengan tubuh gontai, dayang istana menghawatirkan, namun Bu Yong mengatakan dirinya baik-baik saja, ia juga berpesan pada dayang bila Putri Mahkota mencarinya, ia ada di pavilion istana. Bu Yong segera melanjutkan perjalanannya sambil tertatih-tatih.
Setelah Lee Gak tertidur, Hwa Young segera mengunjungi Bu Yong ditemani 2 dayangnya. Kedua dayang dimintanya menunggu di luar. Hwa Young segera menemui Hwa Young yang kondisinya sudah pucat pasi.
“Apa menurutmu jika kau memakan kesemeknya dan meninggal, keluarga kita dan aku akan selamat?”
“Yang Mulia, bagaimana bisa kau terlibat konspirasi mengerikan ini?”
“Kau telah merusak segalanya.”
“Unni, dengarkan permintaan terakhirku. Putra Mahkota, tolong lindungi dia. Ketika pagi datang, istana akan menemukan tubuhku. Mereka akan segera mengetahui bahwa aku memakan racun dan meninggal. Ketika mereka menemukan racunnya, keluarga kita akan menjadi tersangka dan dihukum. Unni, kau juga akan mati.”
“Ini semua karena kau jadi apa yang ingin kau lakukan?”
“Aku akan memakai pakaianmu. Jika aku tenggelam di kolam teratai, mereka akan berpikir Putri Mahkota meninggal karena tenggelam. Tidak akan ada yang tahu itu adalah usaha pembunuhan pada Putra Mahkota. Dengan begitu kau dan keluarga kita bisa hidup. Jika kau mengundurkan diri sebagai Putri Mahkota, maka ayah tidak akan berani berpikir untuk membunuh Putra Mahkota lagi. Dengan begitu kita juga bisa melindungi Putra Mahkota. Unni, kita tidak punya banyak waktu. Cepat!
Di luar, tampak pangeran Mu Chang mengamati kediaman Bu Yong, tak segan dia membunuh 2 pelayan yang menemani Hwa Young tadi. Putri Mahkota yang telah menyamar sebagai Bu Yong, berlari meninggalkan istana, Pangeran Mu Chang mengawasi dan segera mengikutinya.
Di dalam kamarnya, Bu Yong mulai muntah darah, ia segera menyelipkan sebuah surat untuk Lee Gak di balik tirai. Setelah itu ia keluar menuju jembatan kolam Bu Yong, menyebut nama yang mulia, kemudian menjeburkan diri.
Flashback end-
Lee Gak menatap marah pejabat Hong,
“Tuan Hong, Kenapa kau tidak menjawab??”
“Yang Mulia. Bila Yang kau bicarakan tentang seseorang jatuh ke kolan dan meninggal bukan Putri Mahkota tapi Bu Yong sungguh omong kosong” bela pejabat Hong.
“Nyonya Hong, Apa kau melihat Bu Yong di rumah hari ini?”
“Yang Mulia. Putriku menderita penyakit infeksi, jadi dia mengunci pintunya dan beristirahat di ranjang, Yang Mulia.”
“Apa kau yakin itu Bu Yong?” ucap Lee Gak marah.
Lee Gak segera menyuruh pengawalnya menggeledah kediaman pejabat Hong untuk mencari Bu Yong. Akhirnya Yong Sul menemukan Putri Mahkota yang menyamar sebagai Bu Yong. Tetiba datang kawanan ninja, ketiga pengawal mencoba melindungi Yang Mulia, pangeran Mu Chang memanah Lee Gak, Lee Gak jatuh terhuyung, Yong Sul segera menahan pangeran Mu Chang. Chi San dan Man Bo menangkap tubuh Yang Mulia, Lee Gak melepaskan anak panah yang ternyata ga mengenai tubuhnya.
Lee Gak segera mendekati Putri Mahkota. Hwa Young memohon pada Lee Gak, dengan alasan tidak tahu menahu perihal ini, Lee Gak kecewa bagaimana mungkin orang seperti Hwa Young bisa menjadi Putri Mahkota negara Korea. Lee Gak pun memerintahkan pengawal untuk memenjarakan Hwa Young.
Ketiga pengawal mendekati Lee Gak dan menanyakan kondisinya, Lee Gak segera meraba dadanya dan mengeluarkan kalung pemberian Park Ha. Rupanya anak panah tadi menancap di liontin kalung tersebut.
“Park Ha menyelamatkanku sekali lagi.”
Ketiga pengawal bergumam lega.
Flashback-
Park Ha memakaikan sebuah kalung di hari pernikahan mereka. Ia meminta Lee Gak untuk selalu memakainya di dekat hatinya (jantung maksudnya).
Falshback end-
Lee Gak dan trio pengawal kembali ke pengadilan,
“Hong Man Pil mendapat kekuatan dengan menuruntahtakan ibuku dan menghukumnya mati dengan meminum racun. Karena mereka takut aku akan membalas dendam ketika aku naik tahta, mereka berusaha membunuhku dengan racun. Hong Pil Man dan Hong Nak Hyun, ayah dan anak, aku menghukummu dengan hukum pancung! Pangeran Mu Chang adalah saudara tiriku. Karena keluarganya diusir dari istana ketika dia kecil, dia pasti sangat membenciku. Dia berkonspirasi dengan Hong Man Pil untuk membunuhku agar dia menjadi raja. Pangeran Mu Chang. Aku juga menghukummu dengan hukuman pancung. Ibu dan putrinya juga pantas dijatuhi hukuman pancung. Tapi demi Bu Yong, aku membiarkanmu hidup. Kau akan dicopot dari jabatanmu sebagai Putri Mahkota dan menjadi pelayan. Kalian berdua akan diasingkan ke pulau di mana kalian tidak bisa keluar! Laksanakan hukuman segera!”
Ibu dan Hwa Young menangisi keadaan mereka, Pejabat Hong, putranya, dan pangeran Mu Chang hanya bisa menahan kekecewaan.
Lee Gak berjalan-jalan di kolam Bu Yong, sambil mengingat Bu Yong dan momen kebersamaannya dengan Park Ha. Lee Gak memasuki kamar Bu Yong, ia menuju tirai dan melihat ada bayangan surat, ia pun menyobeknya dan mengambil surat itu.
‘Yang Mulia, jika kau membaca surat ini, itu artinya kau masih hidup. Itu membuatku, Bu Yong, sangat senang. Ada satu hal bagus tentang mati. Kata-kata yang lama kupendam dalam hati, aku senang akhirnya aku bisa mengatakannya. Aku selalu mencintaimu, Yang Mulia. Selama hidupku, aku selalu peduli denganmu. Apa yang mati tapi hidup, dan hidup tapi mati? Meskipun beribu-ribu tahun telah berlalu, aku akan selalu mencintaimu, Yang Mulia.’
Lee Gak menangis sambil memandangi kolam Bu Yong, ia berlari menuju kamarnya dan menulis sebuah surat untuk Park Ha. Kemudian ia meletakkan surat tersebut di bawah tiang paviliun istana.
Di abad 21,
Park Ha mendatangi istana Changduk, ia segera menuju paviliun istana dan membongkar timbunan tanah sekitar tiang, ia pun segera menemukan surat kaleng dari Lee Gak. Ia segera membacanya.
‘Park Ha, aku telah tiba dengan selamat. Bagaimana kabarmu? Jika kau membaca surat ini, maka surat ini telah berumur 300 tahun . Jika surat ini ada di tanganmu, aku menarik kembali memanggilmu bodoh.. Apa bisnis jusmu berjalan lancar? Aku hanya bisa membayangkan bagaimana keadaanmu, tapi aku tidak bisa mengulurkan tanganku untuk menyentuhmu. Aku sangat merindukanmu, Park Ha. Aku ingin mendengar suaramu. Aku ingin menyentuhmu. Jika aku bisa bertemu denganmu setelah aku mati, kuharap aku mati sekarang. Aku seharusnya memberitahumu bahwa aku mencintaimu lebih sering sebelum aku pergi. Park Ha, aku mencintaimu. Aku rindu senyuman di wajahmu, kurasa aku akan gila. Baik-baiklah. Sehatlah selalu.’
Park Ha menjaga toko jus apelnya dengan tak semangat, lalu datanglah Tae Yong, ia memesan 1 buah jus apel sambil terus memandangi Park Ha, namun sayangnya Park Ha tak memandang sedikitpun pada Tae Yong.
Di zaman Joseon,
Trio pengawal membuka kedai ‘Omurice Park Ha’. Chi San sibuk membuat saosnya, Yong Sul menyiapkan omurice, dan Man Bo mencatati pesanan pelanggan dengan cekatan.
Tak lupa mereka mengantarkan omurice untuk Yang Mulia, Lee Gak sangat senang, Man Bo meledeknya untuk membayar, namun Lee Gak mengatakan kalau dirinya tak punya uang.
Mereka pun segera mengganti kostum dan mulai makan omurice seperti saat pertama kali mereka makan di rumah Park Ha. Selesai makan, Lee Gak terlihat sedih, Yong Sul menanyakan kondisinya, Lee Gak segera mengelap air matanya.
Untuk mencairkan suasana, Man Bo mengeluarkan ‘permen Park Ha’ buatannya, Lee Gak langsung mencicipinya, ia tersenyum, namun si Yong Sul malah menggigit permen tersebut, sehingga Lee Gak marah (padahal dulu di kantor Yong Sul disuruh gigit tuh permen).
Keesokan harinya saat Park Ha ingin membuka tokonya, ia melihat sebuah postcard bergambarkan sketsa wajahnya dengan inisial E.O, ia pun segera membandingkannya dengan sketsa buatan Tae Yong dulu.
Sesuai isi kalimat postcard tersebut, Park Ha menunggu kedatangan Tae Yong di taman, setelah lama menunggu, akhirnya Tae Yong muncul dengan gaya Lee Gak ia menyapa Park Ha. Hal ini membuat Park Ha tergugu. Tae Yong mengulurkan tangannya agar diraih oleh Park Ha. Tanpa ragu Park Ha menggenggam tangan tersebut, seolah ia bergenggaman dengan Lee Gak. Mereka berdua pun menangis.
-END-